Keunikan Rumah Adat Pasola: Simbol Kearifan dan Tradisi Masyarakat Sumba
Rumah Adat Pasola merupakan bagian penting dari tradisi dan budaya masyarakat Sumba Barat dan sekitarnya di Nusa Tenggara Timur.
Tradisi Pasola sendiri adalah perang adat yang sarat makna dan filosofi, yang tidak hanya menampilkan atraksi ketangkasan melempar lembing dari atas kuda, tetapi juga kaya akan ritual dan nilai-nilai spiritual yang mengikat masyarakatnya.
Di bawah ini ALL ABOUT NUSA TENGGARA TIMUR akan membahas keunikan rumah adat Pasola beserta makna dan filosofi mendalam yang terkandung dalam tradisi Pasola masyarakat Sumba.

Rumah Adat Pasola
Rumah adat di wilayah Sumba Barat Daya dan sekitarnya mempunyai peranan yang sangat sentral dalam pelaksanaan tradisi Pasola. Setiap rumah adat tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, melainkan juga sebagai pusat aktivitas ritual dan penghubung antara leluhur dan masyarakat yang hidup sekarang.
Rumah-rumah ini biasanya dibangun dengan bahan-bahan alami seperti kayu, alang-alang, dan rotan yang diambil dari hutan sekitar, menunjukkan harmoni masyarakat dengan alam sekitar mereka. Strukturnya yang ditinggikan di atas panggung dan memiliki atap jerami tinggi melambangkan kesucian dan penghormatan terhadap para leluhur.
Dalam konteks Pasola, rumah adat berfungsi sebagai tempat persiapan dan pusat pemujaan sebelum para pemuda yang akan berlaga dalam Pasola turun ke arena. Di dalam rumah tersebut, berbagai ritual adat dilakukan, termasuk penyiraman air kelapa muda dan darah ayam oleh ketua adat sebagai simbol permohonan restu agar para peserta diberi keselamatan dan keberhasilan.
Benda-benda pusaka seperti parang, tombak, gong, dan perhiasan yang disimpan di sana juga melambangkan sejarah dan kekayaan leluhur yang masih dijaga dengan baik oleh masyarakat.
Support Timnas Indonesia di Piala Dunia dengan cara nonton gratis melalui Aplikasi Shotsgoal. Segera download!

Perang Adat Penuh Makna
Pasola berasal dari kata “sola” atau “hola” yang memiliki arti kayu lembing, yang menjadi senjata utama dalam tradisi ini. Pertandingan ini adalah sebuah arena adu ketangkasan yang melibatkan dua kubu pemuda dari desa yang berbeda, menunggangi kuda berkecepatan tinggi sambil melempar lembing kayu tumpul ke arah lawan.
Tidak seperti perang biasa, Pasola ini merupakan ritual yang sarat makna spiritual dan dipercaya bisa mendatangkan berkah kemakmuran bagi masyarakat. Pertarungan ini memungkinkan terjadinya pertumpahan darah, yang dalam kepercayaan masyarakat Sumba memiliki kekuatan magis untuk menyuburkan tanah dan memastikan hasil panen yang melimpah.
Dahulu juga pernah terjadi korban jiwa, yang dipercaya merupakan hukuman dari dewa terhadap mereka yang melanggar norma dan aturan adat selama Pasola berlangsung. Namun, walaupun bertarung dengan serius, para peserta Pasola berperang tanpa dendam dan sportivitas tetap dijunjung tinggi.
Setelah pertarungan usai, dendam tidak boleh dibawa keluar arena, dan jika ingin membalas, harus menunggu Pasola berikutnya.
Waktu dan Ritual Penentuan Pasola
Pasola hanya diadakan setahun sekali, berkaitan dengan musim tanam padi yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat setempat. Waktunya biasanya antara bulan Februari hingga Maret dengan penentuan tanggal yang sangat cermat dan penuh ritual.
Penentuan waktu Pasola dilakukan oleh para pemuka adat atau “Rato” dengan memperhatikan berbagai tanda alam, seperti keluarnya cacing laut (nyale), kondisi bulan purnama, dan bahkan tanda-tanda perilaku hewan di sekitar. Ritual nyale sangat penting sebagai indikator kesuksesan pelaksanaan Pasola dan hasil panen.
Para Rathoo mengamati dan memilih nyale yang memiliki tanda-tanda baik. Seperti tubuh gemuk dan warna-warni, sebagai pertanda musim tanam yang akan menghasilkan panen melimpah. Sebaliknya, nyale yang kurus dan rapuh menjadi pertanda akan datang kesialan seperti gagal panen atau bencana alam.
Ritual ini bukan hanya simbolis, tetapi juga menunjukkan kedalaman kearifan lokal dalam menghayati siklus alam dan kehidupan.
Baca Juga:
Rumah Budaya Sumba
Untuk mendukung pelestarian dan pengembangan budaya Sumba, termasuk tradisi Pasola dan rumah adat. Telah didirikan sebuah institusi bernama Rumah Budaya Sumba di Sumba Barat Daya. Rumah Budaya ini berfungsi sebagai pusat konservasi dan penelitian budaya serta museum yang menyimpan ribuan benda pusaka dan artefak budaya asli Sumba.
Institusi ini juga menjadi tempat belajar bagi wisatawan dan peneliti yang ingin memahami lebih dalam kebudayaan Sumba. Para pengunjung dapat melihat berbagai koleksi seperti parang, tombak, perhiasan, tenunan, dan patung-patung kuno yang berasal dari berbagai kampung adat di pulau tersebut.
Dengan begitu, Rumah Budaya Sumba tidak hanya menjaga warisan leluhur tetapi juga memperkenalkan kekayaan budaya Sumba kepada dunia luar.
Tantangan Pelestarian Rumah Adat dan Tradisi Pasola
Sayangnya, keberlangsungan ritual Pasola dan pelestarian rumah adat tidak selalu mulus. Pada November 2021, sembilan rumah adat yang menjadi pusat ritual Pasola di Desa Waikaninyo, Kecamatan Kodi Bangedho, ludes terbakar. Kebakaran ini sempat membuat pelaksanaan Pasola di desa tersebut batal untuk tahun berikutnya.
Kerugian tersebut sangat memukul masyarakat karena pembangunan rumah adat memerlukan bahan alami yang semakin langka dan biaya sekitar Rp 270 juta per unit. Kerentanan rumah adat terhadap kebakaran disebabkan oleh bahan bangunan yang sepenuhnya alami dan kebiasaan penggunaan tungku memasak di dalam rumah.
Pemerintah daerah dan komunitas terus berupaya membangun kembali rumah adat secara bertahap agar tradisi tetap lestari. Upaya ini penting agar warisan budaya tersebut dapat dilestarikan untuk generasi mendatang.
Makna dan Filosofi Mendalam Pasola
Pasola bukan semata-mata sebuah permainan atau perang adat, melainkan sebuah bentuk pengabdian kepada leluhur dan alam sekitarnya. Melalui pertarungan ketangkasan ini, masyarakat mengekspresikan rasa syukur, permohonan restu, dan berharap hasil panen yang melimpah.
Darah yang tumpah dianggap membawa keberkahan bagi tanah, dan setiap elemen ritual memiliki tujuan menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan dunia leluhur. Bagi masyarakat Sumba, Pasola juga merupakan pengikat persaudaraan antar kelompok masyarakat yang berlomba. Walaupun saling adu kekuatan, harmoni dan kedamaian tetap dijunjung tinggi pasca pertarungan.
Hal ini mencerminkan filosofi “perang tanpa dendam” yang mengajarkan saling menghormati, pengampunan, dan perdamaian. Tradisi Pasola beserta rumah adatnya adalah warisan budaya yang unik dan penuh makna dari masyarakat Sumba. Keindahan arsitektur rumah adat dan kekayaan ritualnya menunjukkan betapa pentingnya pelestarian budaya ini.
Filosofi di balik tradisi Pasola menegaskan nilai-nilai luhur yang perlu dijaga. Melalui pelestarian rumah tradisional dan dukungan terhadap tradisi Pasola, keberagaman budaya Indonesia dapat terus terjaga. Semangat menjaga tradisi ini membantu kita menghormati kebhinekaan dan kearifan lokal.
Dengan demikian, tradisi ini tetap hidup dan memberi manfaat bagi generasi mendatang. Dapatkan konten eksklusif dan berbagai informasi menarik lainnya hanya di ALL ABOUT NUSA TENGGARA TIMUR. Ayo, kunjungi sekarang dan temukan lebih banyak!
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari salsawisata.com
- Gambar Kedua dari www.liputan6.com