Mengenal Tari Lego-Lego: Warisan Budaya dan Tradisi Khas Pulau Alor, NTT
Tari Lego-Lego merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tarian ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarat makna dan fungsi sebagai simbol persatuan, rasa syukur, serta penghormatan dalam kehidupan masyarakat Alor. Tari Lego-Lego diwariskan secara turun-temurun dan hingga kini masih dilestarikan sebagai bagian penting dari tradisi budaya lokal.
Sejarah dan Asal-Usul Tari Lego-Lego
Tari Lego-Lego berawal dari tradisi masyarakat suku Abui di Pulau Alor yang dahulu mengadakan tarian ini sebelum berperang. Mereka menari mengelilingi mezbah sebagai bentuk doa dan permohonan restu agar pulang dengan kemenangan. Mezbah sendiri adalah benda sakral yang menjadi pusat ritual dalam tarian ini.
Seiring waktu, makna tari ini bergeser menjadi simbol persatuan dan rasa syukur masyarakat setelah melakukan kegiatan bersama, seperti panen, membangun rumah adat, atau upacara adat lainnya. Tari Lego-Lego menjadi bentuk ekspresi kebersamaan dan solidaritas antar warga tanpa memandang suku, agama, atau status sosial.
Fungsi dan Makna Filosofis Tari Lego-Lego
Tari Lego-Lego berfungsi sebagai media pemersatu masyarakat Alor yang multietnik. Dalam pertunjukan, laki-laki dan perempuan menari bergandengan tangan membentuk lingkaran besar yang melambangkan persatuan dan kesatuan. Tarian ini juga menjadi ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas keberhasilan dan keselamatan dalam berbagai aktivitas kehidupan.
Selain itu, melalui syair dan pantun yang dibacakan oleh juru pukong (juru pantun), tari ini menyampaikan pesan moral, sejarah nenek moyang, dan nilai-nilai kebersamaan yang harus dijaga oleh masyarakat. Dengan demikian, Tari Lego-Lego bukan sekadar hiburan, tapi juga sarana edukasi budaya dan sosial.
Gerakan dan Pola Lantai Tari Lego-Lego
Gerakan Tari Lego-Lego cukup sederhana namun penuh makna. Para penari berjalan mengelilingi mezbah dengan langkah-langkah yang ritmis dan teratur. Mereka bergandengan tangan, saling mendukung, dan bergerak serempak mengikuti irama musik atau nyanyian.
Pola lantai yang terbentuk adalah lingkaran besar yang melambangkan kesatuan dan kekompakan. Kadang-kadang, terdapat variasi gerakan seperti melangkah maju mundur, berputar, dan menggoyangkan badan secara lembut. Gerakan ini menonjolkan keindahan kesederhanaan dan keharmonisan dalam kebersamaan.
Baca Juga: Menikmati Pesona Keindahan Pantai Waiara yang Sangat Populer
Properti dan Iringan Musik Dalam Tari Lego-Lego
Salah satu ciri khas Tari Lego-Lego adalah keberadaan mezbah yang disakralkan sebagai pusat lingkaran tarian. Mezbah menjadi simbol spiritual yang menghubungkan manusia dengan Tuhan dan leluhur. Selain itu, para penari sering mengenakan gelang kaki yang menghasilkan suara gemerincing saat bergerak.
Iringan musik Tari Lego-Lego bervariasi tergantung wilayah di Pulau Alor. Di daerah pesisir, iringan menggunakan gong, gendang, dan alat musik tradisional lain seperti moko (alat musik perunggu). Sedangkan di wilayah pegunungan, iringan lebih sederhana, hanya berupa hentakan kaki dan suara gemerincing gelang kaki penari.
Peran Juru Pukong Dalam Pertunjukan Tari
Dalam Tari Lego-Lego, terdapat satu atau dua orang juru pukong yang memegang peran penting. Juru pukong adalah laki-laki yang dituakan dan dianggap paling menguasai lagu-lagu serta syair dalam pertunjukan. Mereka memandu jalannya tarian dengan membacakan pantun dan syair yang berisi pesan moral, sejarah, dan ajaran kebersamaan.
Juru pukong juga berfungsi sebagai penghubung antara penari dan penonton, serta menjaga kelancaran dan kekhidmatan pertunjukan. Kehadiran juru pukong menambah nilai spiritual dan edukatif dalam Tari Lego-Lego.
Pentingnya Tari Lego-Lego Bagi Masyarakat Alor
Tari Lego-Lego masih rutin dipentaskan dalam berbagai acara adat, upacara, dan festival budaya di Pulau Alor. Meskipun banyak penari yang berasal dari kalangan orang tua, upaya pelestarian terus dilakukan agar generasi muda juga mengenal dan melestarikan tarian ini.
Tari Lego-Lego menjadi identitas budaya yang memperkuat rasa kebersamaan dan toleransi di tengah keberagaman masyarakat Alor. Melalui tarian ini, nilai-nilai luhur seperti persatuan, rasa syukur, dan penghormatan terhadap leluhur terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Kesimpulan
Tari Lego-Lego adalah warisan budaya khas Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur, yang sarat makna dan fungsi sosial. Berawal dari ritual perang dan doa restu, tarian ini berkembang menjadi simbol persatuan dan rasa syukur masyarakat Alor.
Dengan gerakan melingkar bergandengan tangan, iringan musik tradisional, serta peran penting juru pukong, Tari Lego-Lego tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik dan mempererat kebersamaan antar warga.
Pelestarian tarian ini menjadi kunci penting dalam menjaga kekayaan budaya dan tradisi masyarakat Alor agar tetap hidup dan berkembang di era modern.
Manfaatkan waktu anda untuk mengeksplorisasi ulasan menarik lainnya mengenai Nusa Tenggara Timur hanya di ALL ABOUT NUSA TENGGARA TIMUR.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari youtube.com/@insanbumimandiri
- Gambar Kedua dari youtube.com/@kussindarto627